Penarikan mundur pasukan muslimin dari medan pertempuran
Mu’tah telah membuat kafir Quraisy semakin berani dan congkak. Mereka
berpikir bahwa kaum muslimin telah kehilangan daya dan kekuatan tempur.
Oleh karena itu, mereka mengkhianati perjanjian Hudaibiyah. Dengan
bantuan sekutu-sekutunya, mereka menyerang dan membunuh banyak kaum
muslimin yang berasal dari Bani Thaif.
Abu Sufyan tahu betul bahwa kaum muslimin tidak akan tinggal
diam dan mereka segera mengirimkan jawaban atas pengkhianatan ini. Abu
Sufyan mengharap bisa bertemu dengan Rasulullah saw di Madinah dan
meminta maaf atas tragedi tersebut.
Masih di hadapan Rasulullah saw, Abu Sufyan meminta agar
beliau tetap mau memegang perjanjian Hudaibiyah. Akan tetapi, beliau
menampik permintaan itu, sehingga Abu Sufyan kembali ke Makkah dengan
kecewa.
Segera Rasulullah saw memerintahkan pasukannya untuk siaga.
Sebanyak 10000 laskar kaum muslimin menyatakan siap sedia untuk
mengambil bagian dalam peperangan selanjutnya. Beliau menugaskan
sejumlah prajurit agar berjaga-jaga di sekeliling kota untuk mencegah
siapa saja yang hendak meninggalkan kota dan meyebarkan berita kepada
kafir Quraisy dalam hal ini.
Tetapi seorang pengkhianat keji bernama Hathib membocorkannya
kepada kaum musyrik Makkah. Dengan dalih risau akan keselamatan
keluarganya, Hatib mengutus seorang kurir wanita untuk menyebarkan
berita ini.
Niat busuknya segera diketahui. Surat yang berisi bocoran
tentang persiapan kaum muslimin berhasil digeledah. Rasulullah saw
memerintahkan seluruh kaum muslimin untuk melakukan pemboikotan sosial
terhadap Hathib, si pegkhianat Islam itu. Sesungguhnya hukuman boikot
itu lebih buruk daripada hukuman mati.
Pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-8 Hijriah, Rasulullah saw
memerintahkan pasukannya dan sebagian kaum muslimin untuk bergerak
cepat. Mereka harus sampai di kota Makkah dalam waktu satu minggu.
Beliau beserta pasukan dan seluruh kaum muslimin yang menyertai beliau
mendirikan tenda di dekat kota Makkah.
Rasulullah saw memberikan komando kepada pasukan muslimin
untuk berpencar pada malam hari dan menyalakan api unggun di mana-mana.
Pihak musuh berfikir bahwa sebuah pasukan besar telah tiba dari Madinah.
Musuh pun menjadi ketakutan. Mereka menyangka bahwa pasukan dalam
jumlah raksasa akan menyerang.
Malam harinya, gurun di sekeliling kota Makkah menjadi terang
benderang dengan nyala api unggun di mana-mana. Suara riuh dan
slogan-slogan kaum muslimin berkumandang, unta-unta dan kuda-kuda
meringkik. Ketika Abu Sufyan beserta sekelompok Quraisy datang
menyaksikan hal ini, ia merinding ketakutan. Ia menyampaikan kepada
kaumnya bahwa ia tidak pernah menyaksikan pasukan sebesar ini selama
hidupnya.
Abu Sufyan datang menjumpai Abbas bin Abdul Muthalib untuk
meminta usulan darinya. Dengan maksud untuk berdamai, Abbas membawanya
datang untuk menemui Rasulullah saw, sang panglima tertinggi kaum
muslimin.
Demi kemaslahatan dan kejayaan Islam, Rasulullah saw
mengatakan kepada Abu Sufyan agar dapat meyakinkan penduduk kota Makkah,
bahwa siapa saja yang mencari perlindungan hendaknya memasuki rumah Abu
Sufyan. Setelah mendengar pandangan Rasulullah saw, ia bertolak kembali
ke Makkah dengan membawa ampunan dari beliau.
Sesampainya di Makkah, Abu Sufyan mengingatkan penduduk kota
bahwa kaum muslimin akan datang dengan pasukan raksasa. Untuk
menghindari pertumpahan darah, maka sebaiknya mereka menyerah dan
membiarkan kaum muslimin memasuki kota Makkah.
Akhirnya kota Makkah dapat dikuasai dengan damai tanpa adanya pertumpahan darah.
Islam Dan Dunia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
- Islam Astronomi (4)
- Islam Biologi (4)
- Islam Fisika (2)
- Islam Kesehatan (5)
- Sejarah Rasulullah (15)
Musik Perdamaian
Translator
by : Simple Blog 4
Bumi Allah SWT
Profil Blogger
Waktu adalah uang
Pengikut
Blog Archive
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar